Jumat, 30 April 2010

Pertemuan 1
Pengantar ke Arah Filsafat
Manusia Mahluk Berfikir


• Memiliki akal (kognisi) adalah suatu kelebihan manusia dibanding makhluk lainnya di bumi.
• Selain itu manusia juga mempunyai potensi yang lain yakni perasaan ( afeksi), kehendak (konasi) dan tindakan (Aksi). Intinya manusia memiliki Daya cipta, rasa, karsa dan karya.
• Manusia dapat menggunakan akalnya untuk melakukan proses berfikir agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Menurut Francis Bacon, bahwa Akal manusia mempunyai tiga macam : (1) Ingatan, (2) Imajinasi, (3) pikiran. Daya ingatan menciptakan sejarah, daya imajinasi menciptakan puisi, dan daya berpikir menghasilkan filsafat.
• Lahirnya filsafat dan ilmu pengetahuan bermula dari aktifitas berfikir. Karena itu inti berfilsafat adalah berfikir, tapi tidak semua aktivitas befikir itu dapat disebut berfilsafat.
• Berfilsafat adalah berfikir yang bertujuan. Tujuannya adalah memperoleh pengetahuan, yakni pengetahuan yang menyangkut kebenaran. Sehingga dengan berfilsafat manusia dapat sampai kepada kebenaran.

Pengertian dan Definisi
• Secara etimologis istilah “filsafat” merupakan padanan kata falsafah ( bahasa arab) dan philosophy ( Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani “philosophia”, yang berasal dari kata Philos yang berarti cinta (love) atau sahabat dan Sophia berarti kebijaksanaan (wisdom), kearifan dan pengetahuan. Jadi secara etimologis kata filsafat berarti love of wisdom atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan.
• Istilah philosophia, pertama kali digunakan oleh Pythagoras (abad ke-6 SM), ketika diajukan pertanyaan kepadanya : “ Apakah anda termasuk oran yang bijaksana ?” dengan rendah hati Pythagoras menjawab, “Saya hanya seoran philosophos, “pecinta kebijaksanaan” atau seorang yang mencintai pengetahuan”.
Menurut Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asa yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Rene Deskartes
filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsi-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada,
Poedjawijatno
Filsafat adalah ilmu (tentang segala sesuatu) yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
Sidi Gazalba
Filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis dan universal.
Secara historis semua ilmu pengetahuan yang kita kenal dewasa ini, pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap induk dari segala imu pengetahuan dan filsafat mencakup pula segala usaha pemikiran mengenai masyarakat.

Objek Filsafat
Objek filsafat dibagi menjadi 2 yaitu :
(1) Objek Material : adalah segala sesuatu yang menadi masalah, segala sesuau yang dimasalahkan oleh filsafat, yang pada intinya meliputi persoalan hakekat Tuhan, hakekat alam dan hakikat manusia.
(2) Objek Formal : ialah usaha manusia untuk mencari keterangan secara radikal tentang objek material filsafat.

Fungsi Filsafat
Menurut Radhakrisnan, tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan masa dimana kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif menetapkan nilai, menempatkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun ke jalan baru.

Menurut Maksum ; fungsi filsafat adalah untuk menyelematkan manusia dari kesesatan hidup menghadapi pengaruh-pengaruh kemajuan dan gaya hidup meterialisme, melepaskan kungkungan kegelisahan dan ketidabermaknaan (unmeaning purpose of life).

Ciri-Ciri Berpikir Filsafat
Menurut Maksum ciri-ciri berfikir filsafat itu antara lain

1. Berpikir Radikal
2. Mencari Asas
3. Memburu kebenaran
4. Mencari Kejelasan
5. Berpikir Rasional ( logis, sistematis dan kritis)
Kegunaan Filsafat :
Menurut Jan Hendrik Rappar, kegunaan filsafat dibagi kedalam dua hal yaitu ;
(1) Bagi Ilmu Pengetahuan sebagai mater scientiarum
(2) Bagi Kehidupan sehari-hari
Menurut soetriono dan Hanafi, kegunaan filsafat antara lain:
1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut serta menyusus hasl pikiran tersebut secara sistematis.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan konrehensif.
4. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
5. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam hubungan dengan orang lain

Klasifikasi Cabang Filsafat
Setiap ahli filsafat mempunyai pembagian filsafat yang berbeda-beda. Beberapa klasifikasi cabang-cabang filsafat :
Menurut Aristoteles :
Filsafat dibagi menjadi tiga bidang yaitu :
a. Filsafat Spekulatif atau teoritis
Filsafat spekulatif atau teoritis bersifat objektif.
Tujuan utamanya adalah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri.
b. Filsafat praktika
memberikan petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya.
c. Filsafat produktif ; adalah pengetahuan yang membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu ketrampilan khusus. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai adalah agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang benar.
Will Durrant, membagi cabang filsafat menjadi :
1. Logika
2. Estetika
3. Etika
4. Politika
5. Metafisika

• Pada umumnya menurut Maksum cabang filsafat dibagi menjadi enam bidang studi yaitu :
1. Epistemologi
Filsafat yang mempersoalkan sumber, asal mula dan jangkauan serta validitas dan reabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.
2. Metafisika
Filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, diluar jangkauan pengalaman dan pengamatan indera manusia.
3. Logika
Studi tentang metode berfikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sistesis.
4. Etika
adalah studi tentang tingkah laku yang ideal, yang termasuk didalamnya adalah aksiologi.
5. Estetika
adalah studi tentang bentuk ideal dam keindahan.
6. Filsafat-Filsafat khusus atau filsafat tentang berbagai disiplin seperti filsafat hukum, filsafat agama, filsafat pendidikan, dan sejenisnya.

Pertemuan 2
Pengetahuan dan Sumber Pengetahuan

Fenomenologi Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Secara metodelogis gejala terbentuknya pengetahuan manusia, dapat dibedakan antara dua kutub berbeda dari gejala pengetahuan manusia itu, yaitu antara kutub si pengenal dan kutub yang dikenal atau antara objek dan subjek. Kendati keduanya bisa dipisahkan secara jelas dan tegas untuk bisa terbentuknya pengetahuan tapi tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya pengetahuan manusia.
Bahwa supaya ada pengetahuan, subjek harus terarah kepada objek, dan sebaliknya objek harus terbuka dan terarah pada subjeknya. Artinya supaya bisa terjadi pengetahuan subjek harus terbuka dan terarah atau mengarahkan diri kepada objek untuk mengenal dan mengetahui sebagaimana adanya dan sebaliknya objek hars terbuka dan terarah keada subjek untuk dikenal sebagaimana adanya.
Manusia sebagai subjek pengetahuan memegang peranan penting tanpa meremehkan objek. Keterarahan manusia terhadap objek jadinya merupakan faktor yang sangat menentukan bagi munculnya pengetahuan manusia.
Keterarahan manusia terhadap objek ini hanya mungkin menimbulkan pengetahuan kalau dalam diri manusia sebagai subjek sudah terdapat kesamaan-kesamaan prinsip atau kategori tertentu yang memungkinkan manusia dapat mengenal dan menangkap objek yang diamatinya.
Awalnya dengan alat jasmaniah manusia mengenal dan menangkap objek selanjutnya dengan bantuan jiwa dan akal budi manusia mampu mengangkat pengetahuan yang bersifat temporal, konkret, jasmani ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat abstrak dan berlaku universal.
Pengetahuan yang bersifat umum dan universal itulah yang memungkinkan untuk dirumuskan dan dikomunikasikan dalam bahasa yang bersifat umum dan universal untuk bisa dipahami oleh siapa saja dari waktu dan tempat mana saja.
Dengan bahasa pengetahuan manusia yang konkret dan abstrak dipadukan, dikomunikasikan, dibakukan, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Orang dapat mempelajari, mempersoalkan, mendalami, mengubah dan mengembangkan lebih lanjut pengetahuan yang telah diperoleh untuk menemukan lagi pengetahuan baru yang lebih sempurna untuk menggantikan yang sudah ada.
Manusia tahu bahwa ia tahu. Ia sadar bahwa ia tahu. Oleh karena itu dengan kesadarannya, manusia melakukan refleksi tentang apa yang diketahuinya itu. Berkat refleksi ini pula pengetahuan yang semula bersifat langsung dan spontan, keudian diatur dan dibakukan secara sistematis melalui suatu prosedur tertentu sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan atau dapat dikritik dan di bela. Dengan jalan inilah selanjutnya kita mengenal yang disebut Ilmu pengetahuan.


Filsafat Pengetahuan dan Filsafat Ilmu pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan,ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.
Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis.
Pengetahuan bersifat spontan, ilmu pengetahuan lebih sistematis dan reflektif.
Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Filsafat pengetahuan berkaitan dengan upaya mencari dan menjelaskan secara sistematis dan masuk akal sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini.
Selanjutnya dikembangkan metode untuk tidak hanya menemukan sebab dan akibat dari berbagai peristiwa tertentu melainkan juga untuk menjelaskan kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, yang mungkin sehari-hari terlihat seakan tanpa keterkaitan apapun.

Pengetahuan Dan Keyakinan


Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan, walaupun pengetahuan maupun keyakinan sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi.
Dalam keyakinan objek yang disadari sebagai ada itu, tidak perlu harus ada sebagaimana adanya. Sebaliknya dalam pengetahuan, objek yang disadari itu memang ada sebagaimana adanya. Dalam keyakinan apa yang disadari sebagai ada, bisa saja tidak ada dalam kenyataannya. Daam pengetahuan objek yang diketahui itu harus ada, harus terjadi sebagaimana yang diklaim. Apa yang diketahui harus benar (kebenaran) yaitu ditunjang oleh bukti-bukti berupa acuan pada fakta, saksi, memori, catatan historis dan sebagainya.

Macam-Macam Pengetahuan Menurut Polanya

Dibedakan antara macam-macam pengetahuan yaitu : Tahu bahwa, Tahu bagaimana, Tahu akan/mengenai, Tahu Mengapa.
Tahu Bahwa :
“Pengetahuan bahwa” adalah pengetahuan tentang informasi tertentu; bersifat teoritis. tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa sesuau memang begitu adanya bahwa apa yang dikatakan memang benar.
Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan mengumpulkan informasi atau data tertentu. Maka kekuatan pengetahuan ini adalah informasi atau data yang dimilikinya dan orang lain tidak memilikinya.

Tahu Bagimana :
Pengetahuan ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, ini yang dikenal dengan Know-how. Pengetahuan ini berkaitan dengan ketrampilan, keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia tahu bagaimana melakukan sesuatu, berkaitan dengan praktek.
Tahu akan/mengenai :
Yang dimaksudkan pengetahuan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur aling penting dalam hal ini adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara langsung dengan objeknya.

Adapun ciri-ciri dari pengetahuan tahu akan/mengenai ini adalah :
1. Karena pengetahuan ini didasarkan pada pengenalan pribadi yang langsung dengan objek, pengetahuan ini mempunyai tingkat objektifitas yang cukup tinggi (berdasarkan pengenalan dan pengalaman langsung si subjek). Walaupun disadari bahwa unsur subjektifitas tetap ada karena objek itu tetap dikenal dan ditangkap berdasarkan sudut pandang si subjek.
2. Subjek mampu membuat penilaian tertentu atas objeknya karena pengenalan dan pengalaman pribadi yang bersifat langsung dengan objek.
3. Pengetahuan ini bersifat singular, yaitu hanya berkaitan dengan barang atau objek khusus. Artinya pengetahuan ini terutama terbatas pada objek yang dikenal langsung dan personal dan bukan menyangkut objek serupa lainnya.
Tahu Mengapa :
Pengetahuan jenis ini berkaitan dengan “pengetahuan bahwa”, hanya saja “tahu mengapa” jauh lebih mendalam dari “ Tahu bahwa” karena pengetahuan “tahu mengapa” berkaitan dengan penjelasan. Penjelasan ini tidak hanya berhenti pada informasi, melainkan menerobos masuk ke balik data atau informasi yang ada. Dengan penjelasan yang ada maka “tahu mengapa” jauh lebih kritis, bahkan sudah pada tingkat mengkaitkan dan menyusun hubungan-hubungan tak kelihatan antara berbagai informasi yang ada. Melangkah dari informasi yang ada ke informasi baru yang menyingkap pengetahuan yang lebih mendalam. Pengetahuan model ini lebih dekat kepada model ilmiah.
Bahwa keempat macam pengetahuan ini terdapat saling hubungan yang sangat erat untuk bisa tercapainya pengetahuan yang dianggap pling benar dan sempurna.


Skema hubungan dan urutan peringkat semakin medalam dari 4 pegetahuan



Skeptisme

Apakah pengetahuan itu mungkin dicapai ?, apakah kita benar-benar dicapai ? apakah kita benar-benar tahu? Bagaimana kita merasa yakin kita tahu, singkatnya bagaimana kita tahu bahwa kita tahu.
Pertanyaan ini biasanya dimiliki oleh orang skeptis terhadap adanya pengetahuan. Skeptisme meragukan kemungkinan bahwa manusia bisa mengetahui sesuatu karena tidak ada bukti yang cukup untuk mempertahankan bahwa manusia benar-benar tahu tentang sesuatu.

Skeptisisme telah menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi ilmu pengetahuan yaitu sikap meragukan secara positif setiap klaim dan bukti yang kita peroleh. Sampai tingkat tertentu ini menunjukan sikap kritis, sikap yang tidak mudah percaya begitu saja terhadap apa saja.

Kritik terhadap Skeptisisme
1). Skeptisisme keliru beranggapan bahwa kalau kita tahu sesuatu kita tidak bisa salah.
2). Kenyataan menunjukan bahwa selalu ada konsep yang berpasangan hitam dan putih, benar dan salah, berat dan ringan, tahu dan tida tahu.
3).Skeptisisme yang radikal akan melahirkan berbagai kontradiksi.

Sumber Pengetahuan
1. Rasionalisme

Inti pandangan rasionalisme adalah hanya dengan menggunakan posedur tertentu dari akal saja kita bisa pada pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan yang tak mungkin salah.
Kaum rasionlisme berpendapat sumber pengetahuan satu-satunya adalah berasal dari akal dan budi manusia, dan menolak bersumber dari panca indera.
Plato : (pemikir rasionalis pertama)
Menurut Plato, satu-satunya pengetahuan sejati adalah apa yang disebut sebagai episteme, yaitu pengetahuan tunggal dan tak beruba, sesuai dengan ide-ide abadi. Oleh karena itu apa yang kita tangkap dari panca indera hanya merupakan tiruan cacat dari ide-ide tertentu yang abadi.
Bagi Plato, pengetahuan adalah hasil ingatan yang melekat pada manusia. Pengetahuan adalah pengenalan kembali akan hal yang sudah diketahui dalam Ide Abadi. Pengetahuan adalah kumpulan ingatan yang terpendam dalam benak manusia. Oleh karena itu untuk mengenal sesuatu, menyelidiki sesuatu, untuk samai kepada pengetahuan sejati, kita hanya mengandalkan akal budi yang sudah mengena Ide Abadi.
Descartes :
Bagaimana kita bisa sampai ke pengetahuan yang pasti benar, menurutnya kita perlu meragukan segala sesuatu sampai kita mempunyai ide yang jelas dan tepat (clara et disticta). Ini yang disebut keraguan metodis, yang berfungsi sebagai alat untuk menyingkirkan semua prasangka, tebakan dan dugaan yang menipu, sampai sesuatu itu dapat dilihat dengan terang dari akal budi sebagai yang pasti benar dan tak diragukan lagi.
Salah satu unsur utama yang menipu dan menghalangi kita untuk mencapai pengetahuan sejati adalah pengalaman indrawi kita. Untuk bisa sampai pada kebenaran kita peru meragukan segala hal termasuk pendapat dan pengalaman kita sendiri. ini kita lakukan dengan mengandalkan akal budi, dengan Berpikir.
Descartes menyatakan “ Cogito ergo sum” saya berpikir maka saya ada. Adanya manusia sebagai entitas yang berfikir merupakan kebenaran yang pasti dan tak terbantahkan yang menjadi landasan bagi pemikiran dan pengetahuan manusia.
Ciri Rasionalisme :
1. Kaum rasinalisme lebih mengandalkan ilmu ukur pasti dan aksioma-aksioma umum lepas dari pengamatan atau pengalaman pancaindera.
2. Kaum rasionalisme melemahkan arti pengalaman panca indera bagi pengetahuan.
3. Mengandalkan metode deduktif
4. Semua pengetahuan adalah pengetahuan apriori, yang terutama mengandalkan silogisme.
Emperisme
Empirisme adalah paham filosofis
yang mengatakan bahwa sumber satu-satunya bagi pengetahuan manusia adalah pengalaman. Yang paling pokok untuk bisa sampai pada pengetahuan yang benar adalah data dan fakta yang ditangkap oleh pancaindera kita. Sumber pengetahuan yang benar adalah diperoleh dari pengalaman dan pengamatan pancaindra. Oleh karena itu semua pengetahuan manusia bersifat emperis. Pengetahuan yang pasti benar adalah pengetahuan indrawi, pengetahuan emperis.
Panca indera memainkan peranan penting dibandingkan akal budi karena :
1. Semua proposisi yang kita ucapkan merupakan hasil laporan dari pengalaman atau yang disimpulkan dari pengalaman.
2. Kita tidak bisa punya konsep atau ide apapun tentang sesuatu kecuali yang didasarkan pada apa yang diperoleh dari pengalaman.
3. Akal budi hanya bisa berfungsi kalau punya acuan ke realitas atau pengalaman.
Bagi kaum emperisme, akal budi hanya mengkombinasikan pengalaman indrawi untuk sampai pada pengetahuan maka tanpa pengalaman indrawi tidak ada pengetahuan apa-apa.
John Locke
Locke menolak anggapan kaum rasionalisme
bahwa manusia telah dilahirkan dengan ide-ide bawaan, dengan prinsip-prinsip pertama yang bersifat mutlak dan umum. Baginya manusia lahir ke dunia seperti kertas putih yang kosong tanpa ada ide atau konsep apapun maka kalau kita punya konsep dan ide tertentu tentang dunia ini , itu harus diangga ide yang keliru.
Menurut Locke semua konsep atau ide yang mengungkapkan pengetahuan manusia sesungguhnya berasal dari pengalaman manusia. Konsep atau ide-ide ini diperoleh dari pancaindera atau refleksi atas apa yang diberikan oleh pancaindera.
Sebelum kita menangkap sesuatu dengan panca indera kita, akal budi kita dalam keadaan kosong, akal budi hanya bisa mengetahui sesuatu karena mendapat informasi yang diperoleh dari panca indera.
Bahwa pengetahuan manusia bersumber dari pengalaman. Pengetahuan itu diperoleh dari sensasi langsung yang melahirkan ide-ide sederhana atau melalui refleksi atas sensasi langsung itu yang melahirkan ide-ide kompleks.
David Hume
Menurut Hume, pemahaman manusia dipengaruhi oleh sejumla
h kepastian dasar tertentu – mengenai dunia eksternal, mengenai masa depan, mengenai sebab dan bahwa kepastian-kepastian ini merupakan bagian dari naluri alamiah manusia yang tidak dihasilkan ataupun bisa dicegah oleh akal budi atau proses pemikiran manusia. Dengan naluri alamiah, manusia bisa mencapai kepastian-kepastian yang memungkinkan pengetahuan manusia.
Hume membedakan 2 proses mental dalam diri manusia : yang pertama adalah Kesan ( Impresi) yang merupakan semua macam pencerapan pancaindera yang lebih hidup dan langsung sifatnya. Kedua; pemikiran atau ide yang kurang hidup dan kurang langsung sifatnya.
Dari impresi akan muncul ide-ide sederhana yang berkaitan dengan objek yang kita tangkap secara langsung dengan panca indera. Selanjutnya dari ide sederhana itu, akal budi manusia mampu melahirkan ide-ide majemuk tentang hal-hal yang tidak kita tangkap melalui panca indera.
Ide-ide ini kendati lepas dan berbeda satu sama lainnya, diolah lebih lanjut oleh kal budi manusia sehingga melahirkan keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan itu bisa tercapai menggunakan prinsip-prinsip :
1. Prinsip kemiripan
2. Prinsip Kontinuitas
3. Prinsip sebab dan akibat.
Ciri Kaum Emperisme
1. Kaum emperisme mengakui bahwa persepsi atau proses penginderaan sampai tingkat tertentu tidak dapat diragukan. Sesuatu yang given sampai tingkat tertentu harus diterima sebagai nyata dan tidak diragukan. Menurut Hume persepsi tidak diragukan yang keliru adalah daya nalar manusia dalam menangkap dan memutuskan apa yang ditangkap oleh panca idera.
2. Emperisme adalah sebuah tesis tengtang pengetahuan emperis yaitu pengetahuan tentang dunia yang berkaitan dengan pengalaman manusia. Kaum emperisme mengakui bahwa ada pengetahuan tertentu yang tidak diperoleh melalui pengalaman inderawi.
3. Kerena menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan manusia, kaum emperis jadinya lebih menekankan metode pengetahuan Induktif. Pengetahuan yang ditekankan kaum emperisis adalah pengetahuan aposteriori.
Pandangan Sistesis
Kedua pandangan mengenai sumber pengetahuan tersebut diatas sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.
Immanuel Kant, mendamaikan kedua pandangan emperisme dan rasionalisme. Dia menyatakan ada dua unsur yang ikut melahirkan pengetahuan manusia. Pertama adalah kondisi eksternal yang menyangkut benda-benda yang tidak bisa kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan pancaindera.
ini yang disebut sebagai objek material dari pengetahuan. Kedua adalah kondisi internal yang ada dalam diri manusia itu sendiri. ini menyangkut kategori ruang dan waktu serta hukum sebab akibat, ini yang disebut sebagai objek formal pengetahuan.
Menurut Kant : manusia sesungguhnya sudah punya bakat untuk mengetahui sesuatu. Bakat ini sudah punya bentuk tersendiri sehingga segala sesuatu yang dikenalnya melalui pancaindera selalu diterima dan diolah menurut bentuk atau sudut pandang ini. Manusia selalu memakai kaca mata tertentu (ruang, waktu dan hukum sebab akibat) dalam menangkap, mengamati, dan mengalami sesuatu di alam semesta ini. Kaca mata ini tidak bisa dilepaskan manusia dan secara apriori berperan dalam mengolah hasil pengamatan manusia untuk menjadi pengetahuan yang sebenarnya.
Kant juga mendamaikan metode deduktif (rasionalisme) dan induktif (Emperisme) bahwa disatu fihak kita memang mengandalkan fakta dan data untuk bisa sampai pada pengetahuan yang benar. Tetapi dipihak lainn untuk menangkap fakta dan data itu, kita perlu sudah mempunyai konsep atau pemahaman tertentu. Untuk menangkap dan menganggap fakta tertentu sebagai relevan untuk pengetahuan atau teori tertentu diandaikan kita sudah punya kosnep atau pemahaman tertentu. Kalau tidak fakta dan data itu tidak akan punya makna bagi pengetahuan tertentu. Ketika kita mengadakan penelitian ilmiah, kita perlu mendasarkan diri pada fakta yang kita temukan, tapi kita tidak bisa pergi melakukan tanpa ada konsep, tanpa ada kerangka teoritis tertentu sebagai acuan bagi kita.

Pengetahuan Apriori dan Pengetahuan Aposteriori
Menurut Leibniz, mengetahui realitas secara aposteriori berarti mengetahuinya berdasarkan apa yang ditemukan secara aktual didunia ini yaitu melalui pancaindera, adari pengaruh yang ditimbulkan dari yang ditimbulkan realitas itu dalam pengalaman kita.
Mengetahui realitas secara apreori adalah mengetahui dengan mengenakan sebab pada realitas itu. Jadi mengetahui secara apriori adalah dengan memahami apa yang menjadi sebabnya, apa yang menimbulkan dan memungkinkan itu terjadi.
Leibniz membedakan kebenaran aposteriori yang berdasarkan fakta dan kebenaran apriori berasal dari akal budi. Kebenaran apriori dibuktkan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama, sedangkan kebenaran aposteriori, hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.
4. TEORI, PROPOSISI DAN KONSEP :

Teori :
 Ilmu pengetahuan terdiri atas seperangkat teori dalam bidang tertentu.
 Teori dipergunakan untuk membaca kenyataan empiris yang terjadi di sekitar kita.

 Teori teridiri atas seperangkat proposisi, yaitu pernyataan mengenai hubungan antara dua konsep atau lebih (A set of interrelated propositions, some of which can be empirically test).
Misalnya teori: stimulus–response, dua konsep disatukan menjadi proposisi. Juga konsep hukuman dihubungkan dengan perilaku: “Jika anak diberi hukuman, maka perilaku akan berubah ke arah yang positif”. Ini pernyataan preposisi.
 Teori terdiri atas seperangkat proposisi yang saling terkait. Ciri suatu teori:
1) Keterkaitan itu dalam suatu system yang menghasilkan pengetahuan sistematis mengenai suatu peristiwa. (Kerlinger: A Theory is a set of interrelated constructs (concepts), definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specify relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the phenomena).
2) Masing-masing proposisi atau definisi/konsep saling menerangkan sehingga didapat gambaran yang utuh mengenai suatu peristiwa;
3) teori adalah harus diuji secara empiris oleh metodelogi penelitian.
 Fungsi teori :
a) fungsi eksplanatif atau menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain. Kemampuan eksplanatif suatu teori ditentukan oleh :
1) kesederhanaan strukturnya;
2) kecermatan penjelasannya, dan
3) relevansi terhadap gejala social yang berbeda-beda.
b) Fungsi kedua adalah fungsi prediktif atau peramalan. Jika ekplanasi bersifat positif maka prediksi bersifat probabilistic.
c) Fungsi ketiga adalah fungsi control yaitu mengendalikan peristiwa supaya tidak mengarah pada hal-hal negatif.

Proposisi :
 Secara definitive pro
posisi adalah pernyataan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih. Jika harga barang naik maka permintaan berkurang. Dua konsep yang dihubungkan jika…. maka…. Hubungan antara konsep bisa kausal, korelasional dan fungsional.
 Proposisi bahan untuk membuat teori.

Konsep:
 Konsep adalah bahan utama ilmu pengetahuan. Dari konsep dibentuk proposisi dan proposisi membentuk teori.
 Konsep itu adalah symbol atau istilah yang menunjuk pada pengertian tertentu.
 Konsep adalah suatu yang abstrak tetapi menujuk pada suatu yang kongkrit.
 Sekolah adalah konsep, minat adalah konsep yang sukar. Kursi konsep yang mudah dikaitkan dengan hal kongkrit.
 Konsep yang tinggi disebut konstruk atau konsep nominal yang tidak terikat pada waktu dan tempat.
 Contoh : motivasi belajar mahasiswa S2. Motivasi adalah konstruk sedangkan motivasi belajar mahasiwa S2 adalah konsep.

Pertemuan 3
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Filsafat Ilmu Pengetahuan


• Perubahan dan pengembangan ilmu membutuhkan disiplin filsafat tertentu. Disiplin filsafat itu adalah filsafat ilmu.
• Filsafat ilmu menurut Runes, memiliki medan telaah sebagai berikut :
1). Filsafat ilmu adalah telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang-lambang dan terhadap struktur penalaran tentang struktur lambang yang digunakan. Yang diutamakan adalah ihwal penalaran dan teorinya.
2). Filsafat ilmu adalah upaya mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep wacana serta postulat mengenai ilmu dan merupakan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keemperisan, kerasionalan dan keragmatisan.
3). Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas berbagai studi yang beraneka ragam yang ditunjukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu, untuk menguraikan pertautan, serta untuk mengkaji implikasi kontribusi terhadap suatu teori, baik teori yang bersifat semesta maupun teori yang pervasif.
Menurut Suriasumantri, menyebut filsafat ilmu sebagai filsafat tentang ilmu pengetahuan yang memiliki tugas menemukan dasar pengembangan dari ilmu-ilmu yang ada. Dasar-dasar tersebut termuat dalam :
Ontologi : yang membahas hal-hal apa yang ingin diketahui, yang merupakan pengkajian teori tentang keberadaan (eksistensi ilmu).
Pertanyaan yang terkait dengan ontologi yaitu :
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut ?. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Epistemologi, yaitu teori tentang pengetahuan, merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mencari cara atau metode untuk dapat menemukan kebenaran secara sah.
Pertanyaan yang diajukan dalam epistemologi yaitu ;
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran iu sendiri ? Apakah kreterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?
Aksiologi, yaitu membahas hal-hal yang berhubungan dengan nilai dan norma dari pengetahuan tersebut.
Pertanyaan yang diajukan :
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral ? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural metode ilmiah dengan norma moral?

PENGETAHUAN : Suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran.

Menurut Littlejhon, jenis-jenis ilmu pengetahuan terdiri dari
1). Ilmu pengetahuan Ilmiah
2). Ilmu Pengetahuan Humanis
3). Ilmu Pengetahuan Ilmiah Sosial


Pertemuan 4
Kebenaran Ilmiah,
Kepastian dan Falibilisme Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan selalu mengandung kebenaran dari apa yang diketahui itu. Karena itu suatu pembicaraan tentang pengetahuan mau tidak mau harus menyangkut kebenaran.
Macam-Macam Teori Kebenaran
Sekurang-kurangnya ada 4 teori yang mencoba menjawab pertanyaan : apa itu kebenaran ?.
1.Teori kebenaran sebagai persesuaian (the correspondence theory of truth).
2. Teori kebenaran sebagai keteguhan ( the coherence theory of truth.
3. Teori Pragmatis tentang kebenaran ( the pragmatic theori of truth).
4. Teori performatif tentang kebenaran ( the performative theory of truth)

1) Teori Kebenaran sebagai persesuaian
Aristoteles meletakan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian bahwa kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Jadi sutau pernyataan dianggap benar kalau apa yang dinyatakan di dalamnya berhubungan atau punya keterkaitan (correspondence)dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan itu.
Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang di klaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya atau dapat pula dikatakan….
kebenaran terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana adanya. Kebenaran sebagai persesuaian juga disebut sebagai kebenaran emperis karena kebenaran suatu pernyataan, proposisi, atau teori ditentukan oleh apakah pernyataan, proposisi atau teori itu didukung fakta atau tidak.
Beberapa hal terkait dengan teori persesuaian ini:
1. Teori ini menekankan pada teori emperisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan percobaan emperis.
2. Teori ini cenderung menegaskan dualitas antara subjek dan objek, antara si pengenal dan dikenal. Teori ini menekankan pentingnya objek bagi kebenaran pengetahuan manusia. Yang paling berperan bagi kebenaran pengetahuan manusia adalah objek, sedangkan subjek atau akal budi hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan oleh objek.
3. Teori kebenaran persesuaian, sangat menekankan bukti (evidence) bagi kebenaran suatu pengetahuan. Tetapi bukti ini bukan diberikan secara apriori oleh akal budi atau di kontruksi oleh akal budi ,melainkan apa yang disodorkan oleh objek yang dapat ditangkap oleh pancaindera.
2. Teori Kebenaran Sebagai Keteguhan
Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Menurut teori ini, kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan,malainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada.

Maka suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi, atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar. Suatu pernyataan itu benar kalau pernyataan itu cocok dengan sistem pemikiran yang ada maka kebenaran sesungguhnya hanya berkaitan dengan implikasi logis dari sistem pemikiran yang ada.
• Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekan kebenaran rasional-logis dan juga cara kerja deduktif.
• Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori. Ini berarti pembuktian atau justifikasi sama artinya dengan validasi.
Salah satu kesulitan dan keberatan atas teori ini adalah bahwa kebenaran suatu pernyataan didasarkan pada kaitan atau kesesuaian dengan pernyataan lain, timbul pertanyaan bagaimana dengan kebenaran pernyataan lain tadi ? Jawabannya, kebenarannya ditentukan berdasarkan fakta apakah pernyataan tersebut sesuai dan sejalan dengan pernyataan lain lagi. Hal ini terjadi berulang kali sehingga terjadi gerak mundur tanpa henti.
Untuk mencari pengetahuan yang mengandung kebenaran ilmiah maka perlu adanya pemenuhan kreteria emperis dan rasional.
3. Teori Pragmatis tentang Kebenaran
Teori ini dikembangkan dan dianut oleh filsuf pragmatis Amerika, Charles S. Peirce dan William James. Bagi kaum pragmatis kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan seseorang- berdasarkan ide itu – melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna.
Kebenaran yang terutama ditekankan oleh kaum pragmatis adalah kebenaran yang menyangkut “pengetahuan bagaimana” (know how). Ide yang benar adalah ide yang memungkinkan kita berhasil memperbaiki dan menciptakan sesuatu.
Bagi kaum pragmatis yang penting bukanlah benar tidaknya suatu ide secara abstrak.melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan-persoalan praktis yang muncul dalam kehidupan kita dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Semakin berguna sebuah ide untuk memecahkan persoalan praktis, maka ide itu akan dianggap laing benar.
Williams James menolak memisahkan kebenaran dari nilai moral. Kebenaran merupakan sebuah nilai moral karena dengan kebenaran manusia sampai pada sesuatu. Dengan kebenaran, manusia dibantu untuk melakukan sesuatu secara berhasil. Dia menolak kebenaran rasionalistis dengan yang hanya memberi definisi abstrak tanpa punya reklevansi bagi kehidupan praktis.
4. Teori Kebenaran Performatif
Filsuf yang mengusung teori ini seperti, Frank Ramsey, John Austin dan Peter Strawson. Filsuf ini mau menentang teori klasik bahwa “ benar” dan “salah” adalah ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu (deskriptif).
Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. Jadi pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas tapi justru dengan pernyataan itu terciptanya suatu realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu.
Teori ini dapat dipakai secara positif tetapi juga bisa dipakai secara negatif.
Contoh :
Secara positif orang dengan pernyataan berusaha mewujudkan apa yang dinyatakannya contoh : Saya bersumpah akan mencintaimu seumur hidupku.
Secara negatif , orang dapat terlena dengan pernyataan seakan-akan pernyataan itu sama dengan realitas yang ada. Contoh : Indonesia adalah negara hukum, pemimpin adalah orang yang pancasilais. Padahal apa yang dinyatakan belum dengan sendirinya menjadi realitas.


Sifat Dasar Kebenaran Ilmiah:
Bahwa dalam menciptakan kebenaran ilmiah bukan saja dibutuhkan adanya kebenaran logis melainkan juga kebenaran emperis. Diharapkan juga kebenaran yang logis dan emperis itu pada akhirnya daat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa kebenaran ilmiah selalu memiliki paling tidak tiga sifat dasar yaitu ;
1). Struktur yang rasional – logis
2). Isi yang emperis
3). Dapat diterapkan (pragmatis).

Kepastian Kebenaran Ilmiah (Falibilisme)
Pandangan kaum rasionalis, kepastian berkaitan dengan subjek. Rasinalis yakin bahwa kebenaran sebagai keteguhan bersifat pasti, yaitu pasti benar.Hal ini karena kesimpulan yang mengandung kebenaran sebagai keteguhan sesungguhnya hanya merupakan konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan, teori atau hukum ilmiah lainnya. Menurut Rasionalis beranggapan bahwa kebenaran logis-rasional bersifat pasti yaitu pasti benar dan bukan hanya sementara sifatnya.
Berbeda dengan kaum emperisme, tidak pernah berpretensi untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti benar tentang alam. Bagi emperisme Ilmu pengetahuan tidak memiliki ambisi seperti iman dalam agama, yang tidak dapat di ganggu gugat.
Ilmu pengetahuan tidak pernah memberikan informasi final dan absolut tentang seluruh universum. Pengakuan ini dalam filsafat ilmu pengetahuan disebut sebagai Falibilisme.
Falibislisme tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan salah sama sekali melainkan bahwa ilmuwan harus bersikap kritis terhadap apa yang sudah dicapainya.
Falibilisme Imu pengetahuan berasal dari dua sumber yaitu :
1). Sebagai konsekuensi dari metode ilmu pengetahuan
2). Dari objek ilmu pengetahuan yaitu universum alam.

• Filibilisme dari konsekuensi dari metode ilmiah dicirikan dari :
1) Peneliti sendiri tiad pernah merasa pasti dengan apa yang dicapainya sendiri.
2). Fokus utama dari kegiatan ilmiah adalah verivikasi atas hipotesis.
3). Karena metode Induksi selalu tidak lengkap.
4). Setiap hiptesis pada dasarnya tiadk pasti.
• Falisbilitas ilmu pengetahuan juga terjadi karena objek ilmu pengetahuan adalah real dan berubah-ubah. Objek ilmu pengetahuan adalah peristiwa-peristiwa alam. Kita mengenalnya dengan baik karena dia real. Tetapi karena dia juga dapat berubah, maka pengetahuan ilmiah kita tidak pernah mencapai kepastian mutlak.

Pertemuan 5
Metode Ilmu Pengetahuan
( Abduksi, Deduksi dan Induksi)
Pendahuluan


Ciri seorang ilmuwan pasti memiliki hasrat keingintahuan yang kuat dengan merumuskan suatu pertanyaan atau keraguan. Keraguan yang dimaksudkan disini adalah keraguan yang genuine, jenis keraguan yang membuka suatu penelitian yang ilmiah. Keraguan seorang ilmuwan besifat real dan hidup.
Metode Ilmu pengetahuan harus berangkat dari permasalahan atau keraguan. Keraguan menunjukan beberapa dimensi yaitu bahwa kita tidak mengetahui sesuatu, bahwa kita memiliki hasrat untuk mengetahuinya dan bahwa kita berusaha untuk menemukan kebenaran.

Berbagai Metode Mencapai Kebenaran
Metode ilimiah memiliki perbedaan dengan metode lain dalam mencapai kebenaran. Metode tersebut diantaranya adalah :
1). Method of tenacity
2). Method of authority
3). A priori method
1). Method of tenacity

Metode ini merupakan yang termiskin dari metode yang ada. Metode ini mengajarkan agar seseorang bertahan dengan pendiriannya. Tiap orang harus memegang teguh apa yang ia yakini. Dengan metode ini seseorang tidak diajak untuk berpikir dan mengajukan pertanyaan apapun terhadap keyakinan-keyakinannya.
2). Method of Authority
Kebenaran menurut metode ini berasal dari institusi yang memiliki wewenang untuk mengajarkan banyak orang untuk percaya pada apa yang patut dipercaya.
Metode ini jelas tidak mengajak orang untuk berpikir sendiri dan melarang setiap penelitian pribadi. Institusi cenderung menuntut ketaatan individu.
Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah bahwa secara intelektual setiap orang adalah hamba institusi.
Namun hakekatnya tidak semua orang bisa diajar. Keraguan bisa saja timbul dalam pikiran beberapa orang terhadap doktrin –doktrin resmi dan muai mengenal doktrin lain yang lebih bisa diterima dengan alasan-alasan yang lebih masuk akal.
3). A Priori Method.
Setiap orang menurut metode ini, dapat menerima pandangan apa pun jika sesuai dengan pikirannya tanpa harus dibuktikan dengan fakta-fakta emperis yang dapat diamati.
Walaupun metode ini lebih baik, namun metode ini gagal menjelaskan fakta-fakta emperis secara tepat. Dengan metode ini setiap orang memulai dengan mengajukan suatu pertanyaan, menemukan jawabannya sendiri, tetapi jawabannya tidak mendasar. Hal ini karena jawaban atas keraguan dan pertanyaan yang diajukan sebagian ditentukan oleh selera pribadi.
4).Metode ilmiah dimaksudkan agar seseorang dapat mengajukan pertanyaan, mencari sendiri jawaban dan menjelaskan jawabannya dengan menagcu pada pengalaman tentang alam. Metode ini mendasarkan seluruh kepercayaan ilmiahnya pada penelitian atas dunia eksternal. Metode ini membiarkan alam menampakan diri dan berbicara pada ilmuwan, alam yang diselidiki adalah dunia yang real, yang sama sekali tidak tergantung pada pandangn kita terhadapnya dan memiliki hukum-hukum yang tetap. Dengan metode ilmiah seseorang diajak untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya berdasarkan pengalamannya tentang alam.
Metode Abduksi
Tugas utama ilmu pengetahuan tidak berhenti dengan mengumpulkan data, melain
kan lebih dari itu mencoba mencarikan dan menemukan penjelasan atau eksplanasi atas data. Dengan meikian ilmu pengetahuan merupakan suatu proses hidu yang dijalanioleh ilmuwan dalam menemukan hipotesis ( dugaan sementara) untuk menjelaskan fenomena atau data.
Semua proses yang terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan. Proses yang terjadi dalam pikiran ilmuwan inilah yang menurut C.S Peirce disebut dengan Abduksi
Menurut Peirce awalnya abduksi dianggap sebagai suatu bentuk penyimpulan yng terdiri dari tiga proposisi yaitu : proposisi tentang suatu hukum (rule), proposisi tentang kasus (case), proposisi tentang kesimpulan (result). Ketiga proposisi ini dibentuk dalam silogisme hipotetis yang terdiri dari premis mayor, minor dan kesimpulan.
Perkembangan selanjutnya Abduksi ternyata lebih dari sekedar suatu bentuk silogisme. Abduksi merupakan tahapan pertama dari penelitian Ilmiah. Bahwa minat penelitian ilmuwan berawal dari keheranannya terhadap peristiwa atau fakta yang selanjutnya menimbulkan suatu keraguan dan pertanyaan. Secara formal abduksi sebenarnya merupakan bentuk silogisme yang bertolak dari fakta dan kasus. Dari fakta itu dirumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan kasus tersebut. Hipotesis tersebut mengandung makna general atau universal.
Dalam hal ini abduksi menawarkan suatu hipotesis yang bisa memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta itu.
Peirce memberika 2 ciri dari abduksi yaitu :
1). Abduksi menawarkan suatu hipotetsis yang memberikan eksplanasi probable. Hipoteisi hanya berfungsi sebagai konjektur atau dugaan. Kebenaran hipotesis itu masih harus dibuktikan melalui proses verifikasi.
2). Hipotesis itu dapat memberikan eksplanasi terhadap fakta-fakta yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung.
Pada point 2 ini Peirce jelas menunjukan penolakan terhadap positivisme yang menganggap bahwa semua hipotesis hars dapat secara langsung menjelaskan fakta. Setiap hipotesis memang harus diverifikasi, namun hal itu tidak perlu dibutikan dengan observasi langsung.
ilmu pengetahuan sebagai kegiatan akal budi manusia yang didukung oleh fakta dan pengalaman bertugas memperkenalkan gagasan baru dalam bentuk penjelasan terhadap masalah tertentu. Selain pengalaman yang terpenting juga dalam ilmu pengetahuan adalah pemikiran yang orisinil yang tidak saja diperoleh melalui logika melainkan juga dari imajinasi ilmiah.
Pierce melihat imajinasi ilmiah sebagai faktor penting bagi temuan ilmiah atau hipotesis dan coba melukiskan kemampuan ini sebagai suatu loncatan dari pengalaman dan data kepada suatu plausibility, kemasukakalan, atas data dan pengalaman. Imajinasi harus harus diarahkan oleh pengalaman karena hanya pengalaman atau observasi yang mencetuskan loncatan imajinasi.
Abduksi mengahasilkan hipotesis sebagai penjelasan sementara, maka Hipotesis yang ditawarkan melalui abduksi tidak lebih dari suatu Vague Ideas, yang masih harus dibuktikan melalui metode Deduksi dan Induksi.

Metode Deduksi
Pengujian atas hipotesis dapat dimulai dengan memeriksa implikasi eskperiensial (virtual prediction) dari hipotesis. Setelah seorang ilmuwan memilih hipotesis, langkah berikutnya adalah menyimpulkan prediksi-prediksi eksperiensial dari hipotesis itu, mencatat dan meyeleksi prodiksi serta pada akhirnya mengamati apakah prediksi itu terjadi atau tidak. Proses menarik prediksi-prediksi dari suatu hipotesis kita sebuat proses deduksi.
Lalu bagaimana kita menarik konsekuensi eksperiensial dari suatu hipotesis ?.
Setiap hipotesis eksplanatoris selalu mengandung prediksi generalitas. Artinya predikat hipotesis mengklasifikasikan suatu peristiwa dalam suatu kelas yang lebih umum. Oleh karena itu dalam proses memikirkan prediksi dari hipotesis, seorang ilmuwan dapat berkonsemtrasi hanya kepada makna generalitas predikat dari hipotesis. Ia dapat menganalisa kelas merumuskan ciri-ciri dari suatu kelas. Hal ini merupakan suatu proses yang mebuat hipotesis menjadi semakin jelas dan mudah dipahami.
Contoh :
Jika kita mengatakan bahwa semua anggota kelas B memiliki ciri X,Y,Z dan peristiwa A merupakan anggota kelas B. maka peristiwa A seharusnya memiliki ciri X,Y,Z.
Dalam bentuk silogisme :
Semua angota kelas B memiliki ciri X,Y,Z
Peristiwa A merupakan anggota kelas B
Karena itu peristiwa A seharusnya memiliki ciri X,Y,Z.
Kepastian konklusi ini ditentukan oleh kepastian dari premis minor. Premis minor ini merupakan hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Proses deduktif dalam penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi bentuk ; jika-maka. Ini berarti hasil dari pengujian belum diketahui. Seorang ilmuwan dalam contoh diatas harus perlu bertanya apakah peristiwa A memang memiliki sifat-sifat X,Y,Z.? Dari ketidaktahuannya ini dia harus jawabannya dari pengalamannya tentang alam (realita). Jika hipotesis benar, prediksi dapat terjadi.


Metode Induksi
Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu. Dengan kata lain atas dasar sejumlah fenomena, fakta atau data tertentu yang dirumuskan dalam proposisi-proposisi tunggal tertentu, ditarik kesimpulan yang dianggap sebagai benar dan berlaku umum.
Kesimpulan yang dianggap benar dan umum harus dilihat sebagai bersifat sementara. Dengan kata lain kendati kita secara sah mendasarkan diri pada berbagai fakta yang ada untuk menarik kesimpulan yang benar,ini tidak dengan sendirinya menjamin bahwa kesimpulan itu benar secara mutlak. Hal ini karena ciri dasar dari induksi adalah bahwa induksi selalu tidak lengkap karena data yang bisa dikumpulkan terbatas sifatnya.

Metode Induksi Francis Bacon ( 1561-1626)
Orang yang berjasa mengembangkan metode Induksi adalah Francis Bacon. Dia melakukan bantahan terhadap pemikiran dari kaum Rasionalis yang lebih mengandalkan akal budi dalam menemukan kebenaran dan mengesampingkan pengamatan indrawi.
Menurut Bacon bahwa ilmu pengetahuan harus bermula dari dan dikendalikan oleh pengamatan yang tidak terpengaruh oleh pengandaian apapun juga. Ilmuwan harus mendekati alam atau objek penelitiannya dengan menggunakan mata yang lugu dan tidak dicemari oleh anggapan, praduga apapun juga. Ilmuwan membiarkan objek berbicara padanya tanpa berusaha agar objek itu harus cocok dengan kerangka atau dugaan yang sudah ada dalam benaknya.
Tiga hal pokok yang di kemukakan Bacon adalah :
1) Ketika mengadakan penelitian ilmiah, ilmuwan harus bebas dari segala pengandaian. Tujuannya untuk menghindari bias ilmiah.
2) Sebisa mungkin juga memperhatikan fakta dan data yang bertentangan satu sama lain, tidak hanya fakta yang cocok satu sama lainnya apalagi yang hanya cocok dengan apa yang telah dipikirkan atau diduga. Perhatikan data dan fakta yang berbeda dari yang telah diperoleh bahkan yang tidak disangka-sangka.
3) Setelah mengamati objek sebagaimana adanya dan mengumpulkan fakta dan data tentang objek itu selanjutnya di evaluasi, dikalisifikasi, dirumuskan dan disimpulkan sesuai kemampuan yang dimiliki ilmuwan
jadi pada tahap inilah ilmuwan dapat menggunakan berbagai konsep dan teori yang telah diketahuiny untuk mengolah data yang ada. Pada tahap ini akal budi dan pengamatan indrawi saling menunjang untuk memperoleh kesimpulan yang dapat diandalkan.
Dua hal yang dapat ditarik dari induksi gaya Bacon yaitu :
1) Dengan metode ini ilmuwan benar-benar melihat kenyataan secara objektif dan bukan kenyataan sebagaimana diihat dari kaca mata ilmuwan.
2) Kegiatan ilmiah tidak akan jatuh menjadi suatu ideologi. Karena pola pikir dan cara kerja ideologis selalu cenderung membenarkan ideologi yang ada.

Keberatan terhadap pendapat metode induksi gaya Bacon, terlepas dari keunggulannya adalah :
1). Betapapun menariknya metode yang diajukan Bacon, dalam kenyataannya kita tidak pernah mendekati, meneliti, dan membca alam dengan mata telanjang yang kosong sama sekali. Kita tidak bisa melakukan pengamatan apapun atas alam tanpa ide tertentu tentang alam yang sedang kita amati. Semua pengamatan kita mau tidak mau sudah dipengaruhi oleh pengertian tertentu tentang apa yang sedang kita amati.
2). Bahwa fakta, data, fenomena, tidak pernah menampilkan dirinya kepada kita sebagai fakta , data atau fenomena yang telanjang begitu saja. Fakta yang ada perlu ditafsirkan. Bacon keliru kalau menyingkirkan spekulasi atau imajinasi ilmiah.

Langkah-Langkah Metode Induksi
Ada dua model langkah metode Induksi yaitu metode Induksi murni dan Metode Induksi yang dimodifikasi.
1) Langkah-Langkah Metode Induksi Murni
a. Indetifikasi Masalah
b. Pengamatan dan Pengumpulan data
c. Merumuskan Hipotesis
d. Tahap pengujian hipotesis
2) Langkah-Langkah Metode Induksi dimodifikasi
a. Situasi Masalah
b. Pengajuan Hipotesis
c. Penelitian lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data sesuai hipotesis tadi.
d. Pengujian Hipotesis.


Pertemuan 6
KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Teori dalam Ilmu Pengetahuan
Berbicara Ilmu pengetahuan tak lepas dari berbicara teori. Adanya teori merupakan ciri dari suatu ilmu pengetahuan ilmiah. Teori-teori menyusun dan menyatukan pengetahuan yang ada, sehingga kita tidak perlu memulai semua penelitian dari awal. Teori-teori atau pengetahuan yang terorganisir dari suatu bidang yang dikembangkan sebelumnya menjadi titilk awal dalam memahami bidang apapun.
Abraham Kaplan menulis “ bentuk sebuah teori bukan hanya penemuan dari sebuah fakta tersembunyi ; teori adalah sebuah cara untuk melihat fakta, menyusun dan menunjukannya” . Stanley Deetz menambahkan” sebuah teori adalah sebuah cara untuk melihat dan memikirkan dunia oleh karena itu hal tersebut lebih baik jika dilihat sebagai “kaca-mata” yang digunakan seseorang dalam pengamatan daripada sebuah cerminan alam”

Dimensi Teori
1). Asumsi Filosofis atau kepercayaan dasar yang mendasari teori.

Titik awal semua teori adalah asumsi-asumsi filosofis yang mendasarinya. Asumsi-asumsi yang dipakai seorang ahli teori akan menentukan bagaimana sebuah teori akan digunakan. Dengan mengetahui asumsi dibalik sebuah teori merupakan langkah pertama memahami teori tersebut.
Asumsi-asumsi filosofis suatu teori biasanya terdiri dari tiga yaitu : Epistemologi, ontologi dan aksiologi.
.
2. Konsep atau susunan-susunan pembentukan
Didalam teori, materi-materi dikelompokan dalam kategori-kategori konseptual menurut kualitas-kualitas yang diamati. Suatu contoh sifat-sifat manusia merupakan suatu konseptual.
Untuk menentukan konsep, ahli teori komunikasi mengamati banyak variabel dalam interaksi manusia dan menggolongkannya serta menandainya menurut pola-pola yang diterima. Hasilnya adalah untuk merumuskan dan mengartikulasikan konsep-konsep yang telah ditandai.
Teori-teori yang berhenti pada tingkatan konseptual – atau teori bertujuan untuk memberikan sebuah susunan kategori untuk sesuatu tanpa menjelaskan bagaimana meraka saling terhubung dikenal dengan sebutan taksonomi.
3. Penjelasan atau hubungan dinamis yang dihasilkan teori.
Dalam penjelasan ahli teori melakukan identifikasi keteraturan atau pola dalam hubungan antarvariabel. Dalam ilmu sosial hubungannya jarang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak. Jenis penjelasan yang umum diketahui adalah penjelasan kausal ( sebab-akibat) dan penjelasan Praktis (pencapaian tujuan dimasa datang).
4). Prinsip atau panduan untuk tindakan
Sebuah prinsip merupakan sebuah acuan yang memgkinkan kita untuk mengartikan sebuah kejadian.
Sebuah prinsip memiliki tiga bagian yaitu :
1). Mengidentifikasi sebuah situasi atau kejadian
2). Menyertakan seperangkat norma dan nilai
3). Menegaskan sebuah hubungan antara susunan tindakan dan akibat yang mungkin.
Menilai Teori komunikasi, Kreteria suatu teori :
1) Ruang lingkup teori
2) Ketepatan
3) Nilai Heuristik
4) Validitas
5) Parsimony
6) Keterbukaan

Komunikasi sebagai ilmu
Komunikasi pada awalnya merupakan suatu bentuk kegiatan dan ketrampilan yang dimiliki manusia dalam melakukan interakasi dengan sesamanya. Batasan komunikasi seperti ini dapat dilihat dari pendapat dari Hovland “ Komunikasi adalah suatu proses dimana individu (komunikator) menyampaikan pesan untuk mengubah perilaku individu lain (audiens) atau definisi W. Weaver “Komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain”.
Perkembangan selanjutnya muncul pemikiran ahli dalam membentuk komunikasi sebagai suatu ilmu. Usaha perumusan definisi Ilmu komunikasi ini seperti disampaikan Carl I Hovland sebagai berikut

“ Ilmu Komunikasi adalah suatu upaya sistematis untuk merumuskan asas-asas penstransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap secara tepat.”
Persyaratan suatu ketrampilan menjadi ilmu adalah :
1. Objektif
2. Metodis
3. Sistematis
4. Universal
Alfred Schutz memberikan ciri utama ilmu sosial, dengan memberikan postulat ihwal ilmu :
1) Konsistensi Logis berarti suatu ilmu harus rasional, dapat digeneralisasi, dapat disistematisasi,
2) Adanya interpretasi subjektif.
3) Kecukupan (adequasy). Menuntut ilmu untuk tetap konsisten dengan “pangalaman awam terhadap realitas sosial” Jadi penjelasan ilmiah tentang tindakan manusia haruslah dapat dimengerti oleh orang yang bukan ilmuwan dengan cara ini hasil kerja ilmiah menjadi serasi dengan intrepetasi orang awam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar